Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

11/30/2014

Organisme Pengganggu Tanaman

          Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Hal ini mengakibatkan perlunya penanggulangan akan adanya serangan OPT karena perkembangan serangan OPT yang tidak dapat dikendalikan, akan berdampak kepada timbulnya masalah-masalah lain yang bersifat sosial, ekonomi, dan ekologi. Salah satu organisme pengganggu tanaman yang perlu diwaspadai adalah Gulma.
         Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan. Hal ini  dikarenakan menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Salah satu kelompok gulma yang perlu diperhatikan adalah golongan cyperacceae. Cyperacceae merupakan gulma kelompok teki-tekian, memiliki ciri utama yaitu batangnya yang berbentuk segitiga dan sebagian besar sistem perakarannya terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber). Selain itu, cyperacceae memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik. Hal ini dikarenakan umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan dan mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 meter). Disamping itu, gulma ini juga memiliki jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam ‘menguasai’ areal pertanian secara cepat. Contoh dari kelompok cyperacceae adalah teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllingia) dan Cyperus killingia. Namun demikian, kelompok Cyperacceae selain merugikan tanaman budidaya juga memiliki banyak manfaat.
         Salah satu kelompok Cyperacceae yang memiliki banyak manfaat yaitu Cyperus rotundus. Cyperus rotundus memiliki ciri-ciri yaitu (1) rumput semu menahun dengan tinggi 10-95 cm, (2) batang rumput berbentuk segitiga dan tajam, (3) daunnya berjumlah 4-10 helai yang terkumpul pada pangkal batang, (4) akar dengan pelepah daunya tertutup tanah, helaian daun berbentuk pita bersilang sejajar, permukaan atas berwarna hijau mengilat dengan panjang daun 10-30cm dan lebar 3-6 cm, (5) memiliki allelopati yang mampu membunuh tumbuhan lainnya, dan (6) memiliki umbi sebesar kelingking, bulat atau lonjong, berkerut atau bertekuk, bila diraba  agak  berduri.  Bagian  luar  umbi  berwarna  cokelat  dan  bagian  dalam  umbi berwarna putih, berbau seperti rempah-rempah, rasanya  agak pahit (Sudarsono dkk, 1996).
Cyperus rotundus banyak memiliki manfaat terutama di umbi dan akarnya. Hal ini dikarenakan dalam umbi dan akar mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, sineol, pinen, siperon, rotunal, siperenon, dan siperol. (www.sobatbumi.com). Umbi  teki  mengandung alkaloid,  flavonoid  dan  minyak  atsiri  sebanyak  0,3  –  1  %  yang  isinya  bervariasi,  tergantung  daerah  asal  tumbuhnya  (Achyad  dan  Rasyidah,  2000). Adapun pemanfaatan umbi yang kaya khasiat diantaranya adalah (1) sebagai bahan makanan yaitu umbi emping teki (Sudarsono dkk, 1996), (2) tepung umbi teki sebagai bedak dingin beraroma menthol, berkhasiat pengusir nyamuk, (3) obat herbal, seperti rebusan umbi teki bersama jahe berkhasiat mengatasi nyeri haid, mengatasi kejang perut, dan pelancar air seni; umbi segar yang digeprak kemudian diseduh dengan air panas dapat digunakan sebagai obat kencing batu (Suhartiningsih, 1996), (4) perangsang ASI, umbi yang ditumbuk dapat digunakan untuk perangsang ASI dan penghenti pendarahan rahim, (5) Diuretik, umbi rumput teki yang diramu dengan daun pegagan dan alang-alang bisa memperlancar buang air kecil.
           Cyperus rotundus yang memiliki banyak manfaat menjadikan tanaman tersebut memiliki arti penting selain sebagai gulma (pengganggu tanaman), yang keberadaannya gulma tersebut selalu tidak diinginkan dalam budidaya tanaman. Namun kelebihan dan keunggulan yang dimiliki oleh Cyperus rotundus akan menjadi penting karena memberikan banyak manfaat bagi manusia tanpa  dipandang sebagai organisme pengganggu tanaman.

Pestisida Pertanian

      
Pestisida
Pembasmi hama atau Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun" tergantung dari sasarannya.
       Gangguan pada tanaman bisa disebabkan oleh faktor abiotik maupun biotik. Faktor abiotik diantaranya keadaan tanah (struktur tanah, kesuburan tanah, kekurangan unsur hara) ;  tata air (kekurangan, kelebihan, pencemaran air) ; keadaan udara (pencemaran udara) dan faktor iklim. Gangguan dari faktor abiotik bisa diatasi dengan tindakan pengoreksian atau tidak bisa dikoreksi dengan penggunaan pestisida. Sedangkan faktor abiotik yang menyebabkan gangguan pada tanaman atau biasa disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung dan moluska) ; Penyakit (jamur, bakteri, virus dan nematoda) dan Gulma (tumbuhan pengganggu). Gangguan yang disebabkan oleh OPT inilah yang bisa dikendalikan dengan pestisida.
Berdasarkan OPT sasarannya, pestisida dikelompokkan menjadi :
- INSEKTISIDA, digunakan untuk mengendalikan serangga (insec).
- FUNGISIDA, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan (jamur atau fungi).
- HERBISIDA, digunakan untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).
- AKARISIDA, digunakan untuk mengendalikan akarina (tungau atau mites).
- MOLUSKISIDA, digunakan untuk mengendalikan hama dari bangsa siput (moluska).
- RODENTISIDA, digunakan untuk mengendalikan hewan pengerat (tikus).
- NAMATISIDA, digunakan untuk mengendalikan nematoda.
- BAKTERISIDA, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri.
- ALGASIDA, digunakan untuk mengendalikan ganggang (algae).
- PILKISIDA, digunakan untuk mengendalikan ikan buas.
- AVISIDA, digunakan untuk meracuni burung perusak hasil pertanian.
- REPELEN, pestisida yang tidak bersifat membunuh, hanya mengusir hama.
- ATRAKTAN, digunakan untuk menarik atau mengumpulkan serangga.
- ZPT, digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman yang efeknya bisa memacu pertumbuhan atau menekan pertumbuhan.
- PLANT ACTIVATOR, digunakan untuk meransang timbulnya kekebalan tumbuhan sehingga tahan terhadap penyakit tertentu.

Cara kerja pestisida dapat dibedakan menjadi :
1. Pestisida Kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh sasaran terkena pestisida.
2. Pestisida Sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
3. Pestisida Lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
4. Pestisida Fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.

Penggunaan Pestisida secara bijaksana adalah penggunaan pestisida yang memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu :
1. Tepat Sasaran, tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya.
2. Tepat Jenis, setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan pula jenis pestisida apa yang harus digunakan, misalnya : untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida. Pilihlah pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak pilihan, misalnya : untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman kedelai. Berdasarkan Izin dari Menteri Pertanian tersedia ± 150 nama dagang insektisida. Jangan menggunakan pestisida tidak berlabel, kecuali pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang ditetapkan sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimilki atau akan dimilki.
3. Tepat Waktu, waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan berdasarkan :
a. Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya stadium larva instar I, II, dan III.
b. Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi.
c. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.
d. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
4. Tepat Dosis / Konsentrasi, gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh Menteri Pertanian. Untuk itu bacalah label kemasan pestisida. Jangan melakukan aplikasi pestisida dengan konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang dari yang dianjurkan, karena dapat menimbulkan dampak negatif.
5. Tepat Cara, lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan.