Organisme pengganggu
tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi
hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan
fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya.
Hal ini mengakibatkan perlunya penanggulangan akan adanya serangan OPT
karena perkembangan serangan OPT yang tidak dapat dikendalikan, akan
berdampak kepada timbulnya masalah-masalah lain yang bersifat sosial,
ekonomi, dan ekologi. Salah satu organisme pengganggu tanaman yang perlu
diwaspadai adalah Gulma.
Gulma
merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan. Hal ini
dikarenakan menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman
produksi melalui kompetisi. Salah satu kelompok gulma yang perlu
diperhatikan adalah golongan cyperacceae. Cyperacceae
merupakan gulma kelompok teki-tekian, memiliki ciri utama yaitu
batangnya yang berbentuk segitiga dan sebagian besar sistem perakarannya
terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber). Selain itu, cyperacceae
memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik. Hal ini
dikarenakan umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan
berbulan-bulan dan mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu
menghindar dari kedalaman olah tanah (30 meter). Disamping itu, gulma
ini juga memiliki jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat
efisien dalam ‘menguasai’ areal pertanian secara cepat. Contoh dari
kelompok cyperacceae adalah teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllingia) dan Cyperus killingia. Namun demikian, kelompok Cyperacceae selain merugikan tanaman budidaya juga memiliki banyak manfaat.
Salah satu kelompok Cyperacceae yang memiliki banyak manfaat yaitu Cyperus rotundus. Cyperus rotundus
memiliki ciri-ciri yaitu (1) rumput semu menahun dengan tinggi 10-95
cm, (2) batang rumput berbentuk segitiga dan tajam, (3) daunnya
berjumlah 4-10 helai yang terkumpul pada pangkal batang, (4) akar dengan
pelepah daunya tertutup tanah, helaian daun berbentuk pita bersilang
sejajar, permukaan atas berwarna hijau mengilat dengan panjang daun
10-30cm dan lebar 3-6 cm, (5) memiliki allelopati yang mampu membunuh
tumbuhan lainnya, dan (6) memiliki umbi sebesar kelingking, bulat atau
lonjong, berkerut atau bertekuk, bila diraba agak berduri. Bagian
luar umbi berwarna cokelat dan bagian dalam umbi berwarna putih,
berbau seperti rempah-rempah, rasanya agak pahit (Sudarsono dkk, 1996).
Cyperus rotundus
banyak memiliki manfaat terutama di umbi dan akarnya. Hal ini
dikarenakan dalam umbi dan akar mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
sineol, pinen, siperon, rotunal, siperenon, dan siperol.
(www.sobatbumi.com). Umbi teki mengandung alkaloid, flavonoid dan
minyak atsiri sebanyak 0,3 – 1 % yang isinya bervariasi,
tergantung daerah asal tumbuhnya (Achyad dan Rasyidah, 2000).
Adapun pemanfaatan umbi yang kaya khasiat diantaranya adalah (1) sebagai
bahan makanan yaitu umbi emping teki (Sudarsono dkk, 1996), (2) tepung
umbi teki sebagai bedak dingin beraroma menthol, berkhasiat pengusir
nyamuk, (3) obat herbal, seperti rebusan umbi teki bersama jahe
berkhasiat mengatasi nyeri haid, mengatasi kejang perut, dan pelancar
air seni; umbi segar yang digeprak kemudian diseduh dengan air panas
dapat digunakan sebagai obat kencing batu (Suhartiningsih, 1996), (4)
perangsang ASI, umbi yang ditumbuk dapat digunakan untuk perangsang ASI
dan penghenti pendarahan rahim, (5) Diuretik, umbi rumput teki yang
diramu dengan daun pegagan dan alang-alang bisa memperlancar buang air
kecil.
Cyperus rotundus yang
memiliki banyak manfaat menjadikan tanaman tersebut memiliki arti
penting selain sebagai gulma (pengganggu tanaman), yang keberadaannya
gulma tersebut selalu tidak diinginkan dalam budidaya tanaman. Namun
kelebihan dan keunggulan yang dimiliki oleh Cyperus rotundus akan menjadi penting karena memberikan banyak manfaat bagi manusia tanpa dipandang sebagai organisme pengganggu tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar